Selasa, 13 Desember 2011

Kau-lah bayangan itu

Aku selalu merindukan
purnamaku yang hilang karena
sendu.
Karena kau yang memanggilku
dengan tulus, untk berbagi sepi.
Tanganmu yang menyerap
keyakinanku, namun matamu
menumbuhkan keyakinan baru.
Bukanlah lagu terdengar merdu
karena ritme yang menanjak
perlahan, namun pada hati yang
digetarkan karena perasaan yang
terungkapkan.
Kau adalah separuh purnama
yang redup di langit agustus
namun menghadirkan fajar yang
memulai bayangan terpanjang
dan beraroma pasir.
Jiwa kita seperti permen, begitu
manis hingga dicintai dengan
rasa.
Dan yang mencintai kita adalah
jiwa yang sama manisnya.
Semanis perjumpaan lebah pada
madu.
8desember2011 11:44 pm
azan zuhur terdengar.
Saat bayangan menyatu.
Kau-kah bayangan itu.
Kau-lah bayangan itu.

Jumat, 09 Desember 2011

Sepi Hati

23sep11 01:00 am

Tenanglah wahai hati ketika malam redam kegelisahanku seperti cermin. Karena fajar di sela ranting, di buih pantai, juga membias pada embun yang siap tersapu akan menghangatkan-menghidupkan. Hampir saja senyum pengembara musnah karena hujan mengistirahatkan langkah. Namun berhenti adalah waktu menyapa. Berhenti berarti bercerita-berarti arah baru.

Tujuan kepastian tetap di depan mata. Siapkan kelak langkah dalam depa atas hasta. Tak apa untuk merasuki lentera redup. Melukiskan jawaban pada kelembutan tatap. Dan pelangi dengan kejujuran warna. Hujan membawa keresahan yang rintik jika hampa mengeringkan tinta jiwa, perasaan berubah-membuncah dan sepi.

Penantian yang indah

Tak berapa lama berselang setelah kematian seorang anak manusia yang mengaku punya tuhan, terkejut luar biasa melihat alam kematian. Tempat menunggu pembalasan dan pembalasan dan pembalasan. Ternyata begitu menyenangkan dan membahagiakan. Bertemu dengan orang-orang yang dulu paling dicinta, atau wajah-wajah baru yang begitu mempesona. Ada do'a yang melingkupi sehangat rindu, ada amal yang menyambut dengan tersipu, ada juga cahaya ilmu yang menumbuhkan taman-taman, istana, serta sungai yang beningnya sejuk tiada silau.