Rabu, 31 Oktober 2012

untuk kekasih

Dimana kau menunggu, di situ jalan pulangku tuju.
Karena setiap tempuhan waktu hanya peruntukan pada cahaya.
Cahaya yang melingkupi kau dan aku bersama dalam cerita samara.
Apakah namamu “kasih” yang kupanggil sebagai do’a dan do’a.

Maka menjelma nyata segala syurga di tangan yang tertangkup berdampingan, sesaat sebelum fajar; sesaat di terik surya; dan sesaat lagi ketika kita saling memejamkan mata.

Bukankah semua waktu adalah selamanya “kasih”? izinkan juga sepi jadi lagu yang kita bagi, sedih jadi Kristal kecil yang menggantung di bawah kubah taman. Agar matahari dapat memantul jadi pelangi.

Bagaimana jika sejak hari ini kita mulai menanam padi, setiap hari serumpun nasi.
Karena semakin lama semakin berbiji –semakin dicari.
Melengkunglah stiap tangkai dan membentuk hati.
Seperti kita yang bertemu dalam persatuan suci karena keridhoan ilahi.
Yang kita terima dengan senyuman senja menyambut pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar