Selasa, 11 Mei 2010

SEBUAH KOMENTAR


seberang jalan rapuh bayak terdaki oleh jalaran duri...

tentu saja setiap orang ragu menapaki, bahkan untuk berfikir sejenak

barangkali sisa hidup terlalu berharga untuk dipertaruhkan dalam hitam dan putih.

masihkah, mengingat sesekali kita bermimpi, hanya sebentuk harapan yang tak pernah dapat dilampaui.

seringali sebentuk kata -tampak seperti diatas- tidak dapat dimengerti oleh sebagian besar orang. menganggapnya sebentuk sastra yang terlalu tinggi dan hanya dapat dimengerti oleh orang yang menulisnya. ataubahkan meraka mengira penulisnya juga tanpa penuh kesadaran membentuk untaikan huruf tersebut tapa pernah mempertimbangkan apakah orang lain dapat mengerti atau dengan kata lain: pemilihan diksi harus lebih sederna agar maknanya mudah dicerna.

seperti sebuah cerita berplot lurus yang di tulis oleh penulis kawakan dan terkenal. tidak cukup sampai di situ, bayak pembaca seolah menjadi kunci bagi suksesnya sebuah cerita dan karya sastra lainnya. mengarahkan penulis untuk menulis sesuatu secara standar kualitas pengertian mereka dan menghilanggkan sedikit banyak spontanitas karya itu sendiri.

jika terdengar pragmamtis, tidakkah itu menjadi pertnyaan kepada para pembaca? -tidak ada yang ingin menjadi korban kesalah fahaman-

katakanlah..... terdapat sebuah kitab suci yang ---sempurna--- apa yang akan tertulis di dalamnya.? adakah ia sebuah bahasa yang dapat langsung dimengerti.? bukan atas dasar bahasa apa yang digunakan.! pernahkah ia hanya diturunkan dalam sebuah ragam bahasa.? "terbatas" kata yang tidak tepat untuk sebuah kitab suci bukan...?!

maka terciptalah sebuah cara penulisan yang tidak ada seorangpun dapat menyangkalnya, memiliki makna yang luas, dan dapat di maknai dalam bentuk apapun.

bentuk apapun itu, ada satu kesamaan.

ia hanya ........................................................................... .............sebuah puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar