Selasa, 03 Agustus 2010

RAMADHAN DAN ISU SOSIAL

RAMADHAN DAN ISU SOSIAL
Antara kebutuhan dan kepentingan



”Refleksi Kondisi Masyarakat”

Tahun 2010 merupakan tahun penuh inovasi dan kejutan, bukan lagi tentang kecepatan informasi dan ilmu pengetahuan, namun justru dipenuhi oleh dinamika sosial politik dan humanistik global. Kejutan yang pertama datang dari hasil inovasi pemerintah tentang konfersei minyak tanah ke gas LPG yang berbuntut bayaknya ledakan. Bukan hanya korban jiwa dan harta, akan tetapi justru meningkatkan ketidak percayaan rakya t pada pemerintah. Dalam lasus ini pemerintah memang belum sepenuhnya bisa disalahkan, karena banyak penyelidikan yang mengindikasikan penyebab ledakan terdapat pada tangan jahil para distributor dan pengecer. Yang yang lebih ironis, drama ini terus berlanjut hingga hari ini.
Lalu kejutan kedua datang dari para pejabat negara yang terhormat. Beredarnya kasus korupsi dan penyelewengan kekuasaan dikalangan pejabat dan orang-orang besar (berpengaruh). Penanganan kasus yang lamabt dan terkesan sekedar formalitas kerap menjadi issu yang paling banyak di soroiti oleh mahasiswa dalam aksi-aksinya. Tidak terbilang sudah kasus yang tercartat, mulai dari senturi, KPK, makelar kasus, sampai menyeret istana dan mahkamah kostitusi sebagai fihak yang perlu juga untuk di usut keterkaitannya.
Kejutan ketiga datang dari beredarnya vidio asusila musisi dan selebritis ternama. Tidak terbilang kasus pelecehan asusiala yang di timbulkan dari beredarnya vidio ini di pasaran, termasuk di sekolah-sekolah mulai dari tingkat SD dengan cover ipin-upin, hingga pada tingkat pelajar atas dan mahasiswa yang dapat di download di jaringan internet atau melalui handphone. Jika anda mengira hal ini hanya terjadi di jakarta, sebaiknya kita lihat kembali banyaknya kasus remaja yang melakukan tidakan serupa di banyak kota lain bahkan hingga ada yang melakukan tidakan serupa (membuat vidio yang diperankan sendiri namuan dengan adegan yang serupa dan disebar di internet) di daerah lain.
Dari semua hal tersebut, tasnggapan yang datang dari pemerintah banyak dirasasa tidak memperhatikan aspek-aspek angka pendek sebagai konsekuensi langsung dari setiap keputusan yang diambil. ”apakah pemerintsah benar-benar mampu mengayomi masyarakat ?” setidaknya pertanyaan ini kini banyak timbul dalam benak masyarakat.
Indikasi dari pertanyaan ketidak percayaan masyarakat tersebut terlihat jelas dari;
- banyaknya masyarakat yang kembali menggunakan minyak tanah di beberapa daerah seperti di sebagian daerah jawa dan nusa tenggara.
- Timbulnya bayak bentrokan antara masyarakat dan polisi
- Sepinya proses jual beli di pasar-pasar
- Banyak timbul kelompok-kelompok keamanan swadaya yang mempersenjatai diri
- Pengaduan masyarakat tidak melalui jalur yang disediakan
- Demonstrasi atau aksi di tingkat masyarakat terus meningkat
- Makin banyaknya pejabat yang terjerat kasus dibanding menorehkan prestasi atas kerjanya
Bulan ramadhan telah tiba, sementara sekian banyak hal yang harus dipecahkan, muncul kembali kasus yang paling klise untuk memecah perhatian masyarakat. Melonjaknya harga kebutuhan pokok. Mau atau tidak, masyarakat akhirnya harus memenuhi kebutuhan hidup yang paling dasar ini sebagai hal utama yang harus difikirkan. Masalah apakah negara akan benar-benar berjalan sesuai harapan mereka hanya akan terpampang dalam layar kaca dan kertas buram yang mereka lihat setiap pagi dan petang.

”Tangapan Mahasiswa Dalam Menyambut Ramadahan”

Walaupun demikian para mahasiswa berbeda sangat berbeda dalam menaggapi ramadhan yang datang lebih awal tahun ini. Sebagian mahasiswa tetap terlihat menjalani aktifitas akademisnya seperti hari lainnya. Acara buka puasa bareng merupakan saat-saat yang selau jadi ajang untuk berkumpul antar mahasiswa setelah menjalani perkuliahan di pagi hingga sore hari.
Terdapat sebuah fakta menarik yang tampak dalam puasa kali ini. Yakni pergeseran kebutuhan mahasiswa selain dari ongkos makan untuk berbuka puasa, ternyata kebutuhan akan komunikasi menajadi kebutuhan yang hampir menggantikan kebutuhan akan makan. Hal ini terlihat dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk pulsa telepon juga banyak yang dihabiskan untuk berinternet ria. Hal ini nampak jelas dari perbandingan yang tajam antara meningkatnya harga bahan makanan yang di saingi dengan turunnya tarif telepon untuk promo di bulan ramadhan beserta pemberian bonus yang gila-gilaan. Sehingga wajar jika tren berbuka puasa sambil bertelepon menjadi sebuah budaya baru dikalangan mahsiswa.

”ramadhan seharusnya menjadi sebuah bulan refleksi bukanya pamer eksistensi”

Demikianlah Ramadhan akan berlalu seiring dengan pertentangan antara kebutuhan dan kepentingan yang harus terus dihadapi oleh setiap orang. Keseharian ini entah kapan akan berakhir, mimpi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik masih ada hanya pada tangan sebagian kecil orang. Kondisi ini masih akan terus terjadi setiap hari jika kita sendiri tidak mengusahakan perubahan dalam keseharian kita.
Mari jadikan ramadhan sebagai bulan untuk berefleksi diri, melihat bagaimana kita menjalani hari-hari yang telah berlalu. Mencari ibroh dan pelajaran dari setiap kejadian. Lalu tidak lupa untuk menjadikannya sebagai cambuk motivasi kita dalam menunjukkan diri sebagai pribadi-pribadi yang layak untuk mendapat magfiraoh pengampunan di hari iedul fitri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar